Monday, April 28, 2008

Saya menyerah

Iya saya menyerah…

Menyerah untuk berusaha tetap menulis syarat-syarat aplikasi sebuah beasiswa. Saya memang tidak benar-benar menginginkannya,karena saya tidak menemukan apa yang saya inginkan. Saya sudah gagal 2 kali, dan saya sebenarnya yakin masih ada kesempatan untuk yang ketiga. Tapi saya menyerah…saya menyerah menuliskan surat motivasi dan surat rencana kerja. Saya yakin tidak bisa menulis sebuah tulisan yang sempurna kali ini. Maka saya putuskan, kali ini saya mundur.

Saya menyerah…..

Tuhan maafkan saya atas ketidakberdayaan menjawab tantangan ini




Monday, April 21, 2008

ZAMAN EMAS INDONESIA

By Jakob Sumardjo

Kapan waktunya dan siapa presidennya, belum diketahui. Namun, keberadaannya jelas karena logikanya juga jelas, yaitu potensi alamnya yang luar biasa, dan jumlah penduduknya yang begini besar tak mungkin goblok semua.

Saat itu presidennya tegas dan keras, tidak takut mati dan tidak takut kehilangan pendukungnya. Hatinya baik, tidak ada pikiran uang sama sekali karena sejak bayi sudah kaya-raya. Ketegasannya mendapat dukungan seluruh rakyat miskin di Indonesia, yaitu dalam melenyapkan korupsi, kejahatan dasar yang membuat negara ini hampir saja pecah belah.

Koruptor yang diketahui menilep uang negara satu miliar ke atas langsung dihukum mati karena yang antre untuk diadili begitu panjang. Koruptor di atas setengah miliar dipotong tangannya dan dipenjara seumur hidup. Yang korup seratus juta ke bawah dihukum seumur hidup. Khusus perkara korupsi tidak ada naik banding menurut hukum negara yang disetujui DPR, yang anggota-anggotanya cerdas, baik hati, tak banyak bicara, tetapi lebih banyak berpikir.

Dalam waktu satu tahun pertama pemerintahannya, nafsu orang yang ingin korup langsung lenyap. Hampir tiap hari ada koruptor dihukum mati, sampai banyak yang tak sempat disiarkan media. Keluarga koruptor yang dihukum mati, saat itu, tak mau mengubur sendiri, takut kerandanya ditimpuki rakyat miskin yang marah.

Demi perikemanusiaan



Pers dalam dan luar negeri cerewet menantang pemberantasan korupsi yang mereka nilai biadab dan melanggar hak asasi manusia ini. Namun, presiden kita memang orang berani. ”Saya tidak takut masuk neraka,” katanya kepada para juru kritik. ”Dalam situasi luar biasa, diperlukan tindakan luar biasa,” tambah wakil presidennya yang sama-sama batu karangnya.

Dalam waktu dua tahun pertama masa kepresidenannya, tak seorang pegawai negeri pun berani mangkir kerja tanpa surat dokter negeri. Orang berseragam pegawai negeri tak ada di jalanan, apalagi mal. Merokok pun tak berani, kecuali saat istirahat. Tiba-tiba seluruh pegawai negeri sibuk bekerja karena tugasnya tak habis-habis, semua melalui prosedur yang semestinya. Orang yang suka menyogok pegawai pun tak berkutik akibat semua pegawai negeri tak butuh sogokan, takut dipecat hari itu juga.

Para polisi di jalan raya dan di tempat lain tak lagi membawa pistol. Mereka hanya dibekali pentungan karet. Semua pengguna jalan tertib, antrean lama tak mengapa, karena tilang langsung dengan denda tinggi amat menakutkan. Para pengguna jalan ini patuh membayar denda tinggi karena yakin, uang denda benar-benar masuk kas negara.

Meski polisi tidak bersenjata, nyali para penjahat juga kecut karena yang diketahui membunuh korban langsung dihukum mati. Utang nyawa bayar nyawa, itulah semboyan di pojok-pojok toko. Para pemerkosa dihukum seumur hidup. Dua kali memerkosa dihukum mati. Di mana sila Perikemanusiaan dalam Pancasila? Jawab presiden, ”Itu semua dilakukan demi perikemanusiaan. Bukan perikejahatan!”

Setelah pemberantasan biang kekacauan, berangsur-angsur negara Indonesia membutuhkan tambahan pegawai. Karena tak ada lagi budaya sogok, hanya mereka yang benar-benar mampu di bidangnya dapat diterima. Kerja pembangunan bisa dilaksanakan. Tidak ada rencana pembangunan yang tak berhasil karena semua dana utuh sampai selesai. Jalan-jalan mulus. Kemacetan tak ada lagi akibat pembangunan jalan layang bagai kabel listrik di kota-kota besar. Dan subway dibangun di mana-mana.

Ibu kota negara dipindah ke Kalimantan, di tengah-tengah kepulauan Indonesia. Itulah Washington Indonesia. Jakarta adalah New York-nya Indonesia. Bandara seperti Soekarno-Hatta dibangun di 20 kota besar Indonesia. Semua berasal dari uang negara yang 100 persen selamat. Coba tahun 1970-an sudah begini, Indonesia akan disebut macan Asia nomor dua setelah Jepang.

Syarat kesuburan



Pada pemerintahan kedua, turis Indonesia ditunggu-tunggu di negara-negara tetangga. TKI dan TKW telah lenyap sejak pemerintahan pertama hampir berakhir. Bahkan, TKW lain bangsa masuk Indonesia.

Turisme bukan lagi slogan. Menteri Pariwisata paling sibuk bekerja. Pada malam hari, lampu kantor ini tak pernah padam. Devisa sektor ini melebihi pendapatan pajak, pertambangan, pertanian, kehutanan. Para turis dimanja karena aman, transpor tepat waktu, dan ”Bali-Bali” baru bertebaran di Indonesia.

Nilai mata uang rupiah yang puluhan tahun bikin malu bangsa (negara sama sekali tak malu) diturunkan menjadi satu dollar AS setara satu rupiah RI. Bayangkan kalau kekayaan negara dihitung dalam nilai mata uang lama akan membingungkan kepala akibat triliun dari triliun dan triliun rupiah. Harga mobil paling mewah cuma Rp 200.000. Gaji pegawai negeri paling top Rp 70.000. Recehan satu sen ada di kantong tiap warga negara.

Setelah pemerintahannya yang kedua berakhir, presiden dan wakil presiden kita pensiun. Meski rakyat tetap ingin memilihnya, keduanya tetap menolak karena tak sesuai dengan undang-undang. Penggantinya tidak sehebat presiden kita itu, tetapi tak apa sebab seluruh bangsa telah memasuki budaya baru, yaitu budaya bersih. Orang takut, namanya masuk koran meski cuma nyopet jam tangan.

Impian tata temtrem kerta raharja, adil makmur ternyata bukan omong kosong dongeng anak-anak. Kuncinya hanya satu, tembak mati para maling negara, entah jemaah maupun perorangan. Ibu Pertiwi akan bersimbah darah para penjarah, tetapi itulah syarat kesuburan.

Jakob Sumardjo, Esais

Sumber : Artikel Opini Harian Kompas,Sabtu, 12 April 2008

Friday, April 11, 2008

Love Story - part One

Kisah-kisah ini muncul saat aku sedang mencari-cari makna cinta…mencari kisah cinta yang mengilhami. Setelah sadar, inspirasi cinta itu bisa datang dari mana saja. Semua cerita ini,tersimpan dalam memori aku, dan sebelum tersisihkan dari folder utama, yang artinya…sulit mengingatnya lagi…

Yang ini tentang Mbah Putri*) dan Mbah Kakung**) ku…

Sebenarnya keduanya sudah tiada. Hampir setahun yang lalu. Namun momen kepergian merekalah yang menyusun kisah ini.

Kejadian-kejadian romantis di antara mereka terlihat di depan mata gwe, sang cucu, justru saat kematian semakin dekat. Di saat sakit diabetesnya semakin buruk, Mbah Kung selalu menemani mbah Uti. Meyuapi....menemani tidurnya. Namun Mbah Uti koma di ICU....beliau tidak bisa ditemani.Kami yang menjaganya hanya bisa menunggu jam besuk untuk melihatnya, dan menungguinya di luar ruang ICU dan itu berada di koridor ruang ICU, di luar ruangan. Tidak memungkinkan bagi mbah Kung menunggui istri tercintanya. Di rumah, sebenernya kondisi tidak baik, mbah Kung tidak ingin makan dan akhirnya jatuh sakit, sebenernya dengan harapan dapat berdekatan dengan istrinya. Tapi apa mau dikata, ruangan terbaik untuk merawatnya tidak berdekatan dengan ruang ICU....

Hingga akhirnya mbah Uti tidak dapat bertahan....

Di hari pemakamannya, mbah Kung tidak menangis, namun juga tidak ingin melihat jenazahnya, dan tidak mengantarnya ke liang lahat. Saat jenazah mbah Uti berangkat dari rumah duka, mbah Kung cuma bilang dengan suara lirih....

tunggu aku yo dek....

Saat itu aku cuma berpaling,berharap air mata ini ga bercucuran di saat mbah Kung ku sedang menyemangati dirinya sendiri. Lalu beliau berkata pada salah satu putranya untuk menyiapkan satu liang di sebelah milik mbah ti...kata-katanya menghentak...tapi pakdeku hanya diam dan mengiyakannya.

Seminggu kemudian....beliau menyusul istri tercinta.

Aku benar-benar semakin takjub dengan cara cinta bekerja, semasa keduanya sehat,mereka punya hobi yang selalu bikin kita cucu-cucunya senyum-senyum sendiri,yaitu bertengkar. Namun ternyata, hanya mautlah yang memisahkan mereka...sesaat...dan menyatukannya kembali.

Saat cinta bekerja, hanya mereka yang dilingkupi cintalah yang mengerti makna cinta itu.

In memoriam,
My Grand Mother-Father,
2006

*) Nenek
**) Kakek





Tuesday, April 8, 2008

RAHASIA MEEDE



Tahu buku ini pertama kali dari reviewnya mas Ifan, dan langsung jatuh cinta. Sebenernya bagian menarik dari buku ini adalah gimana E.S.Ito mengungkapkan hal-hal yang g pernah diungkapkan oleh buku sejarah jaman SD. seperti, harta VOC itu, nama-nama yang berkuasa di Batavia, dan kejadian macam pembantaian Cina di Batavia dan seluruh konspirasi yang terjadi di negeri ini. Rasanya semakin percayalah di balik semua ini ada konspirasi-konspirasi gila yang menyelimuti negeri yang sudah tak tentu arah ini.

Terlepas dari gaya penceritaannya yang mirip Da Vinci Code, buku ini menawarkan ketegangan dan misteri yang mencekam. Anarkis Nusantara…nama yang sangat menginspirasi, dan enatah mengapa membakar jiwa nasionalisme gwe.

Tapi, sebenernya bukan cuma itu yang menarik dari buku ini. Banyaknya tempat-tempat bersejarah di Jakarta yang disebut, membuat gwe ingin berkeliling Jakarta dan menemukan sebuah lorong rahasia di tengah hiruk pikuknya Jakarta. Mendatangi setiap sudut kota tua Jakarta dan membongkar semua kisah masa lalunya…walaupun beberapa sudah jadi ruang pamer mobil saat ini. Dan kemudian melakukan perjalanan ke Mentawai dan Pulau Banda…hmmmmm….tampaknya ini memang benar-benar buku yang telah membuka dan menantang hasrat berpetualang di hati ini. Termasuk berpetualang menjadi pemberontak, menentang pemiskinan rakyat Indonesia…