Thursday, February 18, 2010

Opini...oh..pini

Sejak tinggal jauh dari Indonesia, konsumsi saya pada berita-berita di Indonesia memang berkurang. Sumber berita lebih banyak saya dapatkan dari surat kabar online, atau situs berita. Dan hanya sesekali menyambangi siaran televisi streamline. Dan tidak jarang mengandalkan pada timeline twitter. Padahal, beberapa bulan terakhir ini, berita-berita di Indonesia sedang panas-panasnya. Segala masalah rasanya jadi sorotan media. Dari masalah korupsi sampai masalah pacaran via FB.

Kadang saya menunggu hingga satu berita menjadi stabil, karena kalau dilihat, berita di surat kabar online, berkembang sangat dinamis, dan seringkali (menurut saya) tanpa fakta. Inilah yang membuat saya jadi lebih berpikir. Karena ketidak terlalu seringannya saya membaca berita ini membuat saya merasa bahwa seringkali berita-berita di media massa ini seperti menggiring opini pembacanya pada satu tendensi. Yang entah tendensi itu baik atau buruk atau bahkan abu-abu tidak jelas.

Dalam pikiran saya, mungkin memang ada upaya penggiringan pada satu opini, namun pasti pihak surat kabar atau televisi punya pemikiran bahwa pembaca dan pemirsanya adalah manusia yang cukup cerdas untuk menganalisa berita dan kemudia bisa memeberikan penilaian sendiri pada berita itu. Namun saya pikir tidak semua orang akan berpikir sangat cerdas membaca sebuah berita.Sebagian besar menelan berita itu mentah-mentah dan sebagian lagi mungkin tidak peduli.

Tapi, tetap saja menggiring opini orang ke satu titik sungguh bukan pilihan yang baik bagi media. Di mata saya, M***oTV seperti sangat Kuning tapi tidak sangat AB,TVO** sangat AB, K****S tidak objektif dalam menilai pemerintahan yang sekarang. In my humble opinion.

Yang saya rasakan adalah, kadang saya merasa mendapat informasi yang sangat tidak jujur,dilebih-lebihkan dan kurang fakta, hanya mungkin untuk kepentingan rating atau membuat opini di masyarakat. Padahal, tanpa disadari, sebagai orang awam, kita sangat haus informasi yang cerdas, dan bermutu yang disajikan dengan bukti-bukti yang akurat, dan tanpa menutupi fakta yang ada. 

Dan, media jejaring sosial pun saya pikir ternyata punya kecenderungan yang sama untuk membentuk opini bagi para penggunanya.Statement-statement pribadi menjadi konsumsi publik, tak jarang memang ditelan mentah-mentah tanpa sempat disikapi secara bijak. 

Memang semua bergantung pada pribadi masing-masing untuk mencerna berita, memilah yang baik dan menyikapi dengan penuh pertimbangan. Namun rasanya media juga punya kewajiban untuk menjadi penyedia informasi yang tidak cuma informatif namun juga edukatif dengan menyediakan berita yang benar. Sehingga informasi tidak cuma menjadi fungsi pribadi tapi juga menjadi fungsi sosial. 

Mungkin ini pertanda sudah terlalu lelah membaca headline berita yang kadang judulnya saja membuat saya berpikir apa memang cuma sekedar kebutuhan diklik oleh pembacanya yang membuat judulnya menjadi sangat tidak bermutu.Atau memang sebenarnya kondisi di Indonesia memang sehingar-bingar judul beritanya ya?!

Wednesday, February 17, 2010

lil' family story

I start to write my lil family story here...


windadeftianiputri.wordpress.com


this blog will be different from the old one. the blogspot will still continue to memorize all my own opinion about life and world. I invite you to come to my new blog.. :)

Wednesday, February 3, 2010

Konser

jujur saja, gwe bukan banci konser musik. Mungkin cenderung menghindari hingar bingarnya. Gwe malas bersama ratusan orang di satu tempat yang sama. Bukan phobia, cuma tidak nyaman. Kalau menonton konser gratis yang dulu sering dikampus pernah kali ya, cuma g berdiri di barisan paling depan, cuma penikmat dari barisan belakang. Satu-satunya konser musik yang saya tonton dengan membayar adalah KoC, musiknya g hingar bingar dan saya nge-fans berat,jadi saya relakan membayar dan menjadi bagian dari keramaian.


Menurut gwe, menonton konser musik itu adalah selera, dan dipilih. Karena kan semua jenis musik juga cocok ditelinga. Jadi gwe memang sangat pilih-pilih. Dan gwe sedikit ajaib, kalau ada orang yang g tau ini lagunya apa, jenis musiknya gimana, si penyanyi nya siapa, tapi untuk mengikuti trend, -apalagi kalau grup musiknya jarang ke Indonesia-, ikut-ikutan nonton. Ya emang terserah-serah dia sih, cuma apa g punya selera,pikir gwe ya.

Terlepas dari masalah selera, menurut mr.A, pergi ke konser itu bisa merupakan bagian dari hiburan, seperti ntn bioskop aja. Belum tentu kan pergi ke bioskop untuk ntn film yang tau siapa sutradaranya,pemaiinya atau genrenya, yang penting adalah pergi ke bioskop, bersama teman-teman dan untuk hiburan. Intinya di mencari hiburannya, mungkin ada yang pilih-pilih, tapi orang yang melihat konser musik sebagai hiburan,dan sarana gaul bersama teman juga g mesti suka si penyanyi kan juga ada.

Oh..oh...begitukah?!


*missed the KoC and Imogen Heap play in CPH

Prasangka tak Bersalah

Beneran ya mengasumsikan seseorang itu dengan prasangka itu g selalu baik, mau prasangka buruk ato baik,kalau udah pake prasangka itu, udah menyangkut asumsi yang subjektif.

pengalaman..pengalaman. Emang sih g langsung bilang kalau gwenya gimana-gimana, cuma ya itu, ternyata arah pembicaraannya sudah menuju asumsi memberi penilaian ke gwe.

Ceritanya, suatu hari gwe pulang dari rumah tante gwe,yang malam sebelumnya gwe harus menemani beliau di rumah sakit karena mau melahirkan. Karena si sepupu g ada yang mbuatin sarapan, meluncurlah saya jam 4 pagi ke rumahnya untuk mempersiapkan sarapan, langsung dari rumah sakit. Om gwe, suaminya si tante, sedang dalam perjalanan dari luar kota menuju rumah ini juga, dan baru tiba pukul 6.

Nah pas pulang dari rumahnya si tante, yang ada cuma si om, sepupu gwe dah berangkat sekolah semua, gwe naik taksi, jam 7 pagi, dan pamit dengan sopannya, 

"om pulang dulu, assalamualaikum"

di perjalanan, supirnya bertanya apakah saya mahasiswa, saya jawab iya,lalu cerita ngalor ngidul tentang...prostitusi oleh mahasiswa di Bandung, dan kaitannya dengan dia yang jadi supir taksi,yang sering nganter-nganter 'mereka'.Dia merasa rezekinya menjadi g berkah. Gwe ga tau nih orang mulai ceritanya dari mana, karena gwe begadang semaleman, plus malam sebelumnya nyelesein laporan, jadi kepala udah penuh mata udah berat, jadi g meratiin banget. Sampe di satu kalimat dia cerita kalau ada mahasiswa universitas di taman sari, berjilbab, jadi simpenannya "om-om". Eh saya baru ngeh...nih orang apa maksudnya ya cerita dan ngajak bahas beginian. Tiap ditanya gimana pendapat gwe, karena males, gwe jawab seadanya. Tapi pas dia ngomongin si berjilbab, aku jadi ngeh...jangan2 si bapak berpikir...oh..tidak...ya gwe coba berprasangka baik..sembari g bisa mikir juga karena ngantuk.

tapi dari pada si bapak salah sangka dan berpikir rezekinya g halal, sesaat sebelum tiba di kos, gwe angkat bicara. Gwe bilang lah ke si bapak, bahwa gwe itu dari rumah tante gwe, yang adalah adek dari ibu gwe, dan yang tadi mengantar saya keluar adalah suaminya dan gwe jelasin bahwa si tante gwe ada di rumah sakit, dan tadi malam gwe habis menjaganya, dan paginya harus ke rumahnya karena anak2nya si tante harus pergi sekolah. Si bapak langsung terdiam, tampak tidak nyaman, dan saya pun bersiap bayar dan turun, karena ujung kalimat saya pas tiba di depan kos.

Karena tidak enak, si bapak supir langsung mieminta maaf dan berkata g bermaksud apa-apa,gwe juga kok,g bermaksud apa-apa, cuma biar bapak merasa berkah aja. Cuma dalam hati sembari jalan ke kamar, ganti baju dan bersiap tidur, gwe mikir, oh gampang ya ternyata bikin penilaian ke orang lain. Tapi mungkin juga si bapak sebenernya sedang menghilangkan kebosanan nyetir di tengah kemacetan antapani-dago, yang penumpangnya lemot dan males jawab. 

Gwe jadi merenung, prasangka itu g selalu hasilnya buruk, tapi juga g selalu baik juga. Ahh..semoga hidup gwe g disulitkan dengan banyak prasangka. Amiiin.