Friday, August 21, 2009

Berhenti mengatakan itu milikmu !

Pagi yang cerah sebenernya membaca tari Pendet diklaim Malaysia di iklan pariwisata mereka. Aggghhh gemeeees berat. Pukulan telak sih untuk anak muda Indonesia. Berasa ya..sesuatu ada kalau sudah hilang. Kalau ditanya, kali yaa.., g semua anak muda Indonesia tahui, dari mana tari Pendet berasal, paling juga bilang, dari Bali, itupun kalau udah liat kostumnya atau dengar musiknya. Aggghhh, yang bikin gemes bukan Malaysia nya sih, mereka itu astute, nah kitanya GA AWARE. Klop dah !

Coba aja, harusnya kalau isunya gini, Putri Indonesia yang katanya lagi mengharumkan nama Indonesia di kancah per
Miss Universe-an a.k.a dunia, menampilkan tari Pendet donk, kan dia yang jadi ujung tombak Indonesia hari ini. Pasti ngaruh besar. Jangan cuma pake kostum Srikandi. Atau....jangan-jangan dia ga tau tari Pendet dari mana??

Kali memang seharusnya, kesenian dan kebudayaan kembali menjadi salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. Ga cuma teori juga praktek. Tarian-tarian khas daerah diajarkan dan alat-alat musik tradisional diperkenalkan dan terampil memainkannya. Jangan cuma punya-punya aja tapi ga bisa dan ga kenal. Apa bedanya kita ama Malaysia..kita juga ngaku-ngaku punya, tapi apa bisa memainkan dan menarikannya??

Dari kejauhan memang seringkali kita bisa memandang permasalahan dari sudut yang berbeda. Kesal memang melihat Malaysia berbuat begitu, cuma masalahnya, kita orang Indonesia memang belum sigap dan siap membungkus keindahan alam kita untuk dipamerkan. Kita juga masih lebih suka jalan-jalan ke Malaysia dibandingkan ke P. Karimun, alasannya kadang klise, lebih murah transportasinya, yang pesawat yang satu lagi harus panas-panasan, lah gimana? coba? Harus diakui, Malaysia memang membungkus pariwisatanya dengan baik, meskipun artifisial, mereka bungkus dengan baik, di cap semua MALAYSIA. Kita...? g toh?! Cukup sekali saya bertandang ke negri itu, itu pun karena gratis, (bahkan saya pun tak sanggup menampik tiket gratis terbang kesana......*
menghelanapas).

Ya mungkin kita, orang Indonesia, SAYA harus instropeksi diri. 8 windu waktu yang pas untuk memulai banyak hal-hal baik untuk bangsa ini (dan klaim ini,benar-benar hadiah yang MENUSUK untuk sebuah ulang tahun). Mungkin g cuma sekedar bangga dengan keindahan alam nya,tapi juga menjadi bagian dari bangsa itu sendiri, menjadi bagian dari kebudayaannya. Seperti memakai batik, kita mengakui batik milik kita, kita pakai batik. Kita akui tari Piring, tari Pendet, tari Tor-tor, tari Saman, tari Japin milik kita, ada baiknya kita mulai mempelajarinya. Bukannya mencintai sesuatu itu, membuat kita selalu ingin menjadi bagian dari yang kita cintai ya.


Membaca berita ini teringat seorang sahabat, yang juga penari dan mahasiswa yang sedang merantau untuk studi. Dia entah sudah beberapa kali menampilkan tari Pendet di daratan Eropa. Saat saya sampaikan....entah seperti apa kegeramannya sampai
messenger pun tak sanggup menampilkannya (mode lebai : nyala) karena dia baru saja menampilkan tarian ini di sebuah perayaan. Ahhhh....dunia pasti tau dari mana tari Pendet berasal. Lagian kalo tetangga ngaku-ngaku ya biar aja, asal kita juga jangan sampai cuma ngaku-ngaku.

Wednesday, August 19, 2009

Berry and other Berry

Heran banget, beberapa bulan terakhir di Indonesia,semua orang terkena serangan berry-berry. Maksudnya, semua orang tiba-tiba pake Blackberry. Entah karena butuh atau cuma sekedar gegayaan, sampe-sampe rela mengeluarkan uang jutaan cuma untuk ganti jadi si gadget satu ini. Sembari ngiri tapi juga g ingin gwe suka terheran-heran dengan orang yang mantengin si BB ini dimanapun mereka berada. Ya emang gwe g gaul, sampe-sampe g punya BB (ih amit-amit deh ber-BB [bau badan]),tapi emang ga butuh. Yang gwe lebih herannya lagi, ada yang punya per-berry-an ini cuma g ngeh ada aplikasi apa di tuh alat, tetep wee gaptek melanda.

Untungnya, di sini orang bawa hape g kayak di Indonesia. Tarif seluler dan gprs mahal. Mau internet bisa masang di apartemen dan murah. Dan lihatlah...g ada gadget canggih gentayangan, yang ada malah hape-hape jadul yang kalo di Indonesia udah di buang entah kemana. Karena yang penting bisa nelpon ama SMS. Twitter ama FB bisa nunggu lah..sekedar informasi disini juga musim blackberry, blueberry dan strawberry cuma dijual dalam bentuk segar...


dan menemukan ini via The Karimuddin. Meet The Introverts, comic strips. Kocak sekali dan jatuh cinta pada episode pertama.

Monday, August 17, 2009

8 Windu Indonesiaku

akhirnya tiba saatnya merayakan 17 Agustus di negri orang. Tidak ada keramaian yang signifikan. Jangan berharap dentuman musik dangdut atau pohon-pohon pinang ber-oli. Berkumpul dengan saudara sebangsa saja, sudah sangat menyenangkan.


Sebagai pendatang baru, saat ini sangat ditunggu.Karena bisa bertemu dengan teman-teman sesama mahasiswa dan keluarga-keluarga Indonesia yang juga sedang merantau. Syukurlah langit biru dan hangatnya matahari mewarnai perayaan 17an di KBRI Kopenhagen, meskipun dirayakan sehari sebelumnya. Dan hangatnya makanan Indonesia dan percakapan dengan teman-teman baru benar-benar menyenangkan.



Dirgahayu Negriku...kau selalu kurindu...

Chicken Katsu

Ini sih permintaan terselubungnya mr.A karena ngeliatin menu di kafe di sekitaran Norreport yang bikin ngiler. Ayam goreng dada di goreng tepung dengan setumpuk sayuran. Udah aja Mr.A minta dibuatin Ayam Panir atau bahasa kerennya Chicken Katsu.


Chicken Katsu (Ayam Panir)

Bahan :
500 gr dada ayam fillet
2-3 siung bawang putih, haluskan
1 sdt merica bubuk
1 butir telur kocok
tepung terigu
tepung panir
garam
minyak untuk menggoreng

Cara :
potong tipis dada ayam (1/2 inci), kemudian rendam dengan bawang putih, merica dan garam. Diamkan selama 1 jam.
Lumuri ayam dengan tepung terigu, kemudian masukkan ke kocokan telur, lalu taburi dengan tepung panir hingga terbungkus seluruh bagian ayam.
Goreng dalam minyak yang panas hingga coklat keemasan.

Untuk sayurannya, dibuatlah yang agak mirip-mirip kalau makan di fastfood ala Jepang. Terbuat dari wortel dan jamur, dinamain Carmush.

Carmush

Bahan :
2 bh wortel ukuran besar, potong tipis seukuran korek api
3 buah jamur champinon
2 siung bawang putih, rajang halus
minyak untuk menumis.
Garam dan merica

Cara:
Tumis bawang putih hingga harum, kemudian masukkan wortel dan jamur. Tambahkan garam dan merica. Masak hingga kedua sayuran layu.

Sajikan keduanya saat panas bersama saos pedas atau tomat. Hehehehe...pastinya udah g ngiler lagi ama orang yang ngafe nih sekarang.

Thursday, August 13, 2009

Perayaan Satu Bulan

Awalnya bukan cuma mau ngerayain satu bulanan tinggal di Kopenhagen, tapi tepatnya mau makan malem bareng sahabatnya suami disini. Eh ternyata si teman cuma bisa mampir sebentar, jadilah menu makan malam spesial kali ini kita nikmati berdua. Semua menu belum pernah ada yang di coba. Percobaan pertama langsung dipake untuk menjamu tamu (pede benerrr!!). Berbekal buku resep dan insting masakan pun jadi.

Masakan pembukanya Skutel Tuna. Kalau yang ini liat resepnya dari Kedai Hamburg-nyaMbak Retno, Biasa sih di rumah mama yang bikin, lah disini, harus bikin sendiri. Sekalian nyobain oven yang tampak canggih yang sedianya nongkrong di dapur.

Makanan utamanya, Bubble&Squeek dan Sour-sweet meat ball.


Bubble&Squeek- nya ini pengganti nasi. Soalnya Mr.A udah wanti-wanti si temen yang orang Mesir ga begitu suka nasi.

Bahan :
3 bh kentang besar, kupas
70 g mentega
150 gram jamur Champinon/Sawi, potong kecil
4 sdm Minyak Bunga Matahari /minyak sayur
1 bh bawang bombay, rajang halus
garam dan merica

cara :
rebus kentang hingga lunak dalam air mendidih yang diberi garam, kemudian keringkan dan haluskan dicampur dengan 55 gram mentega, tambahkan garam dan merica.
Tumis jamur dengan mentega dan tambahkan sedikit air hingga layu.
Campur jamur dengan kentang, tambahkan garam dan merica untuk menambah rasa.
Panaskan minyak, masukkan bawang bombay hingga layu,sekitar 5 menit, kemudian masukkan kentang dan press hingga rata dan memadat. Masak dengan panas sedang selama 15 menit atau hingga lapisan luar berwarna coklat keemasan. Balik kentang untuk mendapatkan hasil yang sama di sisi lain. Sajikan diatas piring dan potong menjadi delapan.

Untuk Sweet-Sour meat Ball nya

Bahan :
250 gr dagingsapi giling
2 sdm tepung panir
1 butir telur, kocok
50 gr mentega
1 bh bawang bombay,rajang kasar
2 siung bawang putih, rajang halus
1 buah paprika,potong dadu
2 buah tomat, potong dadu
2 sdm kecap manis
garam
gula
merica bubuk
lada
150 ml air

Cara :
Campur daging dengan tepung panir, telur, pala garam dan merica. bentuk sebesar kelereng (atau sesuai selera). Lalu tumis hingga kecoklatan. Sisihkan.
Panakan mentega,tumis bawang bombay dan bawang putih hingga harum, masukkan paprika dan tomat. masak hingga layu.
Masukkan kecap manis, garam , gula, merica dan air. Masak hingga mengental.
Sajikan daging kemudian siram dengan saus asam manisnya.

Masakan ini untuk porsi 4 orang. Dan sesungguhnya gampang. Semua masakan, Alhamdulillah bisa terselesaikan dalam 3 jam. Maklum namanya juga anak baru jadi masih suka kurang sana-sini. Tapi kata suami, maknyuuuss....

Selamat mencoba.

Wednesday, August 12, 2009

Satu Bulan

Tidak kerasa udah satu bulan di negeri orang. Hidup berdua merantau ke benua seberang. Sejauh ini lancar. Kemalesan menulis benar-bener tergantikan oleh aktifitas menjadi istri. Bikin sarapan, makanan untuk bekel, nyuci, nyetrika, bikin makan malem, dan mendengarkan cerita suami. Jalan-jalan pastinya, pengenalan sih tepatnya. Namanya juga dateng pake visa turis ya harus nya nuriss abis.

Beruntung datang di kota ini saat musim panas, meskipun di hari pertama sungguhlah bagi pendatang baru, suhu 19 derajat celcius itu, sangat tidak bersahabat. Namun kota ini sudah menggoda sejak awal.

Tiba di apartemen yang kita berdua sama-sama baru pertama kali tinggali (si mr.A juga baru pindah dari apartemen lamanya). Alhamdulillah, dapur lengkap. Mesin cuci oke. Oven dan microwave tersedia (langsung pengen bikin ayam panggang). Benar-benar pilihan suami tidak salah. Belum lagi pemandangan sunrise dan sunsetnya. I love this place.


Belanja hari pertama langsung nyari bahan dasar makanan. Beras, telur , gula dan teh. Tenang aja...di kota ini toko asia lumayan banyak. Ada toko Arab, toko Thailand dan toko China, ya dengan karakteristik masing-masing tentunya. Juga menyempatkan membeli ayam potong, pastinya yang HALAL. Ada beberapa tempat khusus untuk pemotongan daging yang halal. Toko daging di sini disbeut slaghter.

Hari-hari berikutnya matahari sudah mulai g malu-malu. Namanya musim panas, orang-orang lebih bergaya alias pakaian mini dimana-mana. Belum lagi adegan berjemur di TAMAN (inget ya TAMAN bukan PANTAI). Sungguhpun udaranya menyenangkan. Dan entah mengapa baru sekarang merasakan hangatnya mentari itu tiada duanya. Kotanya...seperti yang aku bayangkan benar-benar kota tua. Sebagian besar bangunan memang masih merupakan bangunan tua dan bangunan-bagunan baru menyesuaikan dengan arsitektur kota lamanya. Architecture in Red Bricks mereka menyebutnya. Begitu juga dengan apartemen-apartemen di penjuru kota, sebagian besar memang tampak si susunan batu bata-nya. Hanya bangunan-bangunan di wilayah Amager yang merupakan daerah dengan bangunan-bangunan beraksitektur modern.

Entah mengapa, dengan pemandangan-pemandangan yang aku lihat dari jendela kamar dan berkeliling kota, aku menyadari dari mana Hans Cristian Andersen mendapatkan ilham untuk menulis buku-bukunya. White cloud, bright and blue sky. Rasanya tempat ini benar membuatku jatuh cinta.

Selain itu, transportasinya sangat memudahkan. Metro, kereta dan bis yang selalu tepat waktu. Bis bayangkan saja. Dan pastinya kota dengan sejuta sepeda. Keberadaan jalur sepeda benar-benar memberi kenyamanan bagi para pengendara sepeda.

Dan orang Indonesia, cukup banyak. Bila dibandingkan dengan kota-kota di Jerman mungkin termasuk sedikit, tapi cukuplah untuk mengobati rasa kangen bertemu dengan rekan sebangsa. Masjid, ada dua dan besar, karena banyak sekali warga Denmark yang merupakan imigran dari Turki dan Pakistan.

Sebulan terlalui dengan seluruh berkah kemudahan dan kelapangan. Semoga Allah memberikan kelapangan dalam menjalani hari-hari berikutnya sebagai pendatang dan suami-istri. Sungguhlah nikmat yang tiada duanya mengarungi hidup berdua dengan yang dicintai dan selalu dalam lindungan-Nya. InsyaAllah, Amin.

Thursday, August 6, 2009

Sajak Seonggok Jagung

Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda
yang kurang sekolahan.

Memandang jagung itu,
sang pemuda melihat ladang;
ia melihat petani;
ia melihat panen;
dan suatu hari subuh,
para wanita dengan gendongan
pergi ke pasar ………..
Dan ia juga melihat
suatu pagi hari
di dekat sumur
gadis-gadis bercanda
sambil menumbuk jagung
menjadi maisena.
Sedang di dalam dapur
tungku-tungku menyala.
Di dalam udara murni
tercium kuwe jagung

Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda.
Ia siap menggarap jagung
Ia melihat kemungkinan
otak dan tangan
siap bekerja

Tetapi ini :
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda tamat SLA
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.

Ia memandang jagung itu
dan ia melihat dirinya terlunta-lunta .
Ia melihat dirinya ditendang dari diskotik.
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalase.
Ia melihat saingannya naik sepeda motor.
Ia melihat nomor-nomor lotre.
Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal.
Seonggok jagung di kamar
tidak menyangkut pada akal,
tidak akan menolongnya.

Seonggok jagung di kamar
tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode,
dan hanya penuh hafalan kesimpulan,
yang hanya terlatih sebagai pemakai,
tetapi kurang latihan bebas berkarya.
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.

Aku bertanya :
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibukota
kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang
belajat filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata :
Di sini aku merasa asing dan sepi !

TIM, 12 Juli 1975
Potret Pembangunan dalam Puisi

Mengenang sastrawan dan budayawan W.S Rendra (1935-2009)