Kisah-kisah ini muncul saat aku sedang mencari-cari makna cinta…mencari kisah cinta yang mengilhami. Setelah sadar, inspirasi cinta itu bisa datang dari mana saja. Semua cerita ini,tersimpan dalam memori aku, dan sebelum tersisihkan dari folder utama, yang artinya…sulit mengingatnya lagi…
Yang ini tentang Mbah Putri*) dan Mbah Kakung**) ku…
Sebenarnya keduanya sudah tiada. Hampir setahun yang lalu. Namun momen kepergian merekalah yang menyusun kisah ini.
Kejadian-kejadian romantis di antara mereka terlihat di depan mata gwe, sang cucu, justru saat kematian semakin dekat. Di saat sakit diabetesnya semakin buruk, Mbah Kung selalu menemani mbah Uti. Meyuapi....menemani tidurnya. Namun Mbah Uti koma di ICU....beliau tidak bisa ditemani.Kami yang menjaganya hanya bisa menunggu jam besuk untuk melihatnya, dan menungguinya di luar ruang ICU dan itu berada di koridor ruang ICU, di luar ruangan. Tidak memungkinkan bagi mbah Kung menunggui istri tercintanya. Di rumah, sebenernya kondisi tidak baik, mbah Kung tidak ingin makan dan akhirnya jatuh sakit, sebenernya dengan harapan dapat berdekatan dengan istrinya. Tapi apa mau dikata, ruangan terbaik untuk merawatnya tidak berdekatan dengan ruang ICU....
Hingga akhirnya mbah Uti tidak dapat bertahan....
Di hari pemakamannya, mbah Kung tidak menangis, namun juga tidak ingin melihat jenazahnya, dan tidak mengantarnya ke liang lahat. Saat jenazah mbah Uti berangkat dari rumah duka, mbah Kung cuma bilang dengan suara lirih....
Saat itu aku cuma berpaling,berharap air mata ini ga bercucuran di saat mbah Kung ku sedang menyemangati dirinya sendiri. Lalu beliau berkata pada salah satu putranya untuk menyiapkan satu liang di sebelah milik mbah ti...kata-katanya menghentak...tapi pakdeku hanya diam dan mengiyakannya.
Seminggu kemudian....beliau menyusul istri tercinta.
Aku benar-benar semakin takjub dengan cara cinta bekerja, semasa keduanya sehat,mereka punya hobi yang selalu bikin kita cucu-cucunya senyum-senyum sendiri,yaitu bertengkar. Namun ternyata, hanya mautlah yang memisahkan mereka...sesaat...dan menyatukannya kembali.
Saat cinta bekerja, hanya mereka yang dilingkupi cintalah yang mengerti makna cinta itu.
In memoriam,
My Grand Mother-Father,
2006
*) Nenek
**) Kakek
Kejadian-kejadian romantis di antara mereka terlihat di depan mata gwe, sang cucu, justru saat kematian semakin dekat. Di saat sakit diabetesnya semakin buruk, Mbah Kung selalu menemani mbah Uti. Meyuapi....menemani tidurnya. Namun Mbah Uti koma di ICU....beliau tidak bisa ditemani.Kami yang menjaganya hanya bisa menunggu jam besuk untuk melihatnya, dan menungguinya di luar ruang ICU dan itu berada di koridor ruang ICU, di luar ruangan. Tidak memungkinkan bagi mbah Kung menunggui istri tercintanya. Di rumah, sebenernya kondisi tidak baik, mbah Kung tidak ingin makan dan akhirnya jatuh sakit, sebenernya dengan harapan dapat berdekatan dengan istrinya. Tapi apa mau dikata, ruangan terbaik untuk merawatnya tidak berdekatan dengan ruang ICU....
Hingga akhirnya mbah Uti tidak dapat bertahan....
Di hari pemakamannya, mbah Kung tidak menangis, namun juga tidak ingin melihat jenazahnya, dan tidak mengantarnya ke liang lahat. Saat jenazah mbah Uti berangkat dari rumah duka, mbah Kung cuma bilang dengan suara lirih....
”tunggu aku yo dek....”
Saat itu aku cuma berpaling,berharap air mata ini ga bercucuran di saat mbah Kung ku sedang menyemangati dirinya sendiri. Lalu beliau berkata pada salah satu putranya untuk menyiapkan satu liang di sebelah milik mbah ti...kata-katanya menghentak...tapi pakdeku hanya diam dan mengiyakannya.
Seminggu kemudian....beliau menyusul istri tercinta.
Aku benar-benar semakin takjub dengan cara cinta bekerja, semasa keduanya sehat,mereka punya hobi yang selalu bikin kita cucu-cucunya senyum-senyum sendiri,yaitu bertengkar. Namun ternyata, hanya mautlah yang memisahkan mereka...sesaat...dan menyatukannya kembali.
Saat cinta bekerja, hanya mereka yang dilingkupi cintalah yang mengerti makna cinta itu.
In memoriam,
My Grand Mother-Father,
2006
*) Nenek
**) Kakek
1 comment:
mbah kung ku sama mbah uti ku juga kayak gitu..
mbah uti meninggal setelah 40 harian mbah kung..tepat setelah pengajian berakhir..
Post a Comment