emang udah basi...tapi masih jadi uneg-uneg...
ini tentang tanggal 16 Agustus 2008, gwe nonton pertandingan final ganda campuran Olimpiade Beijing antara pasangan Indonesia, Markis Kido dan Hendra Setiawan, melawan pasangan Cina, Fu Heifeng dan Cai Yun. Gila...itu pertandingan dramatis banget. a real match! sampe sesenggukan pas mereka akhirnya menang. udah aja rumah rame banget, kayaknya ngalahin suara orang Indonesia di Beijing University of Gymnasium juga. Keren banget...entah itu demi bangsa atau hanya demi kebanggan diri. Yang pasti, medali emas yang mereka dapet adalah hadiah besar untuk Indonesia yang keesokan harinya berulang tahun ke - 63.
Ironisnya, tayangan pertandingan itu hanya ditayangkan di TVRI (thanks to TVRI), sedangkan 8 stasiun TV lainnya berencana menayangkan sebuah film sejarah 16 AGUSTUS secara serentak. tadinya menunggu, namun tak kunjung tampil di salah satu stasiun TV pun.
yang mau gwe tanggepin...kayaknya cukuplah sudah kita terbenam pada euforia masa lalu. film sejarah dan kebesaran bangsa ini hanya membuat bangsa ini tenggelam pada kejayaan masa lalu dan tidak merasa butuh menyaingi kejayaan masa lalu...lalu...untuk apa? buku-buku sejarah rasanya tidak berhasil membuka sisi ke-nasionalisme-an anak muda sekarang, tidak kemudian menumbuhkan semangat mengubah bangsa.
yang dibutuhkan adalah sebuah kerja keras macam Markis dan Setiawan yang mengharumkan nama Indonesia, atau para peraih Medali Emas Olimpiade Fisika atau mereka orang-orang Indonesia yang karya nyatanya membumi dan membawa Indonesia pada kejayaan masa depan.
gwe yakin, banyak sekali anak muda Indonesia yang kini sedang merintis kejayaan diri dan bangsa. Yakin seyakin-yakinnya, meski terbersit ketidakyakinan pada mereka yang hanya sekedar menghirup udara Indonesia, meneguk air dari bumi Indonesia lalu pada mereka yang diam-diam mencuri kekayaan Indonesia.
teringat tulisan dalam National Geographic Indonesia edisi agustus, tulisan Beverley M Bowie, 'Sang Raksasa Muda', yang sebelumnya sudah dimuat dalam NG edisi tahun1955. Tulisannya mengenai kehidupan Indonesia di tahun 1950 itu benar-benar kontras dengan kondisi saat ini.
“..mereka paham, bahwa kemerdekaan saja tak cukup sebagai solusi.”see? g cukup cuma merdeka dari kolonialisme, toh sekarang kita justru tidak merdeka dari kemiskinan, kejahatan, dari kebodohan dan dari keterbelakangan. makanya gwe pikir cukup sudah tenggelam pada masa lalu, saatnya menjadikan momentum masa lalu menjadi pemicu untuk membuat perubahan besar di Indonesia.
lalu di akhir tulisannya Bowie dia menulis
“..semoga nasib baik menyertaimu di sini! Saya berharap mereka akan memperolehnya”
iya, kita masih punya nasib baik. buang jauh-jauh keinginan merusak bangsa ini.tumbuhkan semangat merubah bangsa ini.
Harapan bangsa ini ada di tangan kita anak muda. Dirgahayu Indonesia. Menuju Jayamu selalu.
No comments:
Post a Comment