Wednesday, August 12, 2009

Satu Bulan

Tidak kerasa udah satu bulan di negeri orang. Hidup berdua merantau ke benua seberang. Sejauh ini lancar. Kemalesan menulis benar-bener tergantikan oleh aktifitas menjadi istri. Bikin sarapan, makanan untuk bekel, nyuci, nyetrika, bikin makan malem, dan mendengarkan cerita suami. Jalan-jalan pastinya, pengenalan sih tepatnya. Namanya juga dateng pake visa turis ya harus nya nuriss abis.

Beruntung datang di kota ini saat musim panas, meskipun di hari pertama sungguhlah bagi pendatang baru, suhu 19 derajat celcius itu, sangat tidak bersahabat. Namun kota ini sudah menggoda sejak awal.

Tiba di apartemen yang kita berdua sama-sama baru pertama kali tinggali (si mr.A juga baru pindah dari apartemen lamanya). Alhamdulillah, dapur lengkap. Mesin cuci oke. Oven dan microwave tersedia (langsung pengen bikin ayam panggang). Benar-benar pilihan suami tidak salah. Belum lagi pemandangan sunrise dan sunsetnya. I love this place.


Belanja hari pertama langsung nyari bahan dasar makanan. Beras, telur , gula dan teh. Tenang aja...di kota ini toko asia lumayan banyak. Ada toko Arab, toko Thailand dan toko China, ya dengan karakteristik masing-masing tentunya. Juga menyempatkan membeli ayam potong, pastinya yang HALAL. Ada beberapa tempat khusus untuk pemotongan daging yang halal. Toko daging di sini disbeut slaghter.

Hari-hari berikutnya matahari sudah mulai g malu-malu. Namanya musim panas, orang-orang lebih bergaya alias pakaian mini dimana-mana. Belum lagi adegan berjemur di TAMAN (inget ya TAMAN bukan PANTAI). Sungguhpun udaranya menyenangkan. Dan entah mengapa baru sekarang merasakan hangatnya mentari itu tiada duanya. Kotanya...seperti yang aku bayangkan benar-benar kota tua. Sebagian besar bangunan memang masih merupakan bangunan tua dan bangunan-bagunan baru menyesuaikan dengan arsitektur kota lamanya. Architecture in Red Bricks mereka menyebutnya. Begitu juga dengan apartemen-apartemen di penjuru kota, sebagian besar memang tampak si susunan batu bata-nya. Hanya bangunan-bangunan di wilayah Amager yang merupakan daerah dengan bangunan-bangunan beraksitektur modern.

Entah mengapa, dengan pemandangan-pemandangan yang aku lihat dari jendela kamar dan berkeliling kota, aku menyadari dari mana Hans Cristian Andersen mendapatkan ilham untuk menulis buku-bukunya. White cloud, bright and blue sky. Rasanya tempat ini benar membuatku jatuh cinta.

Selain itu, transportasinya sangat memudahkan. Metro, kereta dan bis yang selalu tepat waktu. Bis bayangkan saja. Dan pastinya kota dengan sejuta sepeda. Keberadaan jalur sepeda benar-benar memberi kenyamanan bagi para pengendara sepeda.

Dan orang Indonesia, cukup banyak. Bila dibandingkan dengan kota-kota di Jerman mungkin termasuk sedikit, tapi cukuplah untuk mengobati rasa kangen bertemu dengan rekan sebangsa. Masjid, ada dua dan besar, karena banyak sekali warga Denmark yang merupakan imigran dari Turki dan Pakistan.

Sebulan terlalui dengan seluruh berkah kemudahan dan kelapangan. Semoga Allah memberikan kelapangan dalam menjalani hari-hari berikutnya sebagai pendatang dan suami-istri. Sungguhlah nikmat yang tiada duanya mengarungi hidup berdua dengan yang dicintai dan selalu dalam lindungan-Nya. InsyaAllah, Amin.

1 comment:

Rieka said...

duhhh ikut seneng baca ceritanya....
smoga lancar selalu disana ya wind....

miss u...