Pagi yang cerah sebenernya membaca tari Pendet diklaim Malaysia di iklan pariwisata mereka. Aggghhh gemeeees berat. Pukulan telak sih untuk anak muda Indonesia. Berasa ya..sesuatu ada kalau sudah hilang. Kalau ditanya, kali yaa.., g semua anak muda Indonesia tahui, dari mana tari Pendet berasal, paling juga bilang, dari Bali, itupun kalau udah liat kostumnya atau dengar musiknya. Aggghhh, yang bikin gemes bukan Malaysia nya sih, mereka itu astute, nah kitanya GA AWARE. Klop dah !
Coba aja, harusnya kalau isunya gini, Putri Indonesia yang katanya lagi mengharumkan nama Indonesia di kancah per Miss Universe-an a.k.a dunia, menampilkan tari Pendet donk, kan dia yang jadi ujung tombak Indonesia hari ini. Pasti ngaruh besar. Jangan cuma pake kostum Srikandi. Atau....jangan-jangan dia ga tau tari Pendet dari mana??
Kali memang seharusnya, kesenian dan kebudayaan kembali menjadi salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. Ga cuma teori juga praktek. Tarian-tarian khas daerah diajarkan dan alat-alat musik tradisional diperkenalkan dan terampil memainkannya. Jangan cuma punya-punya aja tapi ga bisa dan ga kenal. Apa bedanya kita ama Malaysia..kita juga ngaku-ngaku punya, tapi apa bisa memainkan dan menarikannya??
Dari kejauhan memang seringkali kita bisa memandang permasalahan dari sudut yang berbeda. Kesal memang melihat Malaysia berbuat begitu, cuma masalahnya, kita orang Indonesia memang belum sigap dan siap membungkus keindahan alam kita untuk dipamerkan. Kita juga masih lebih suka jalan-jalan ke Malaysia dibandingkan ke P. Karimun, alasannya kadang klise, lebih murah transportasinya, yang pesawat yang satu lagi harus panas-panasan, lah gimana? coba? Harus diakui, Malaysia memang membungkus pariwisatanya dengan baik, meskipun artifisial, mereka bungkus dengan baik, di cap semua MALAYSIA. Kita...? g toh?! Cukup sekali saya bertandang ke negri itu, itu pun karena gratis, (bahkan saya pun tak sanggup menampik tiket gratis terbang kesana......*menghelanapas).
Ya mungkin kita, orang Indonesia, SAYA harus instropeksi diri. 8 windu waktu yang pas untuk memulai banyak hal-hal baik untuk bangsa ini (dan klaim ini,benar-benar hadiah yang MENUSUK untuk sebuah ulang tahun). Mungkin g cuma sekedar bangga dengan keindahan alam nya,tapi juga menjadi bagian dari bangsa itu sendiri, menjadi bagian dari kebudayaannya. Seperti memakai batik, kita mengakui batik milik kita, kita pakai batik. Kita akui tari Piring, tari Pendet, tari Tor-tor, tari Saman, tari Japin milik kita, ada baiknya kita mulai mempelajarinya. Bukannya mencintai sesuatu itu, membuat kita selalu ingin menjadi bagian dari yang kita cintai ya.
Membaca berita ini teringat seorang sahabat, yang juga penari dan mahasiswa yang sedang merantau untuk studi. Dia entah sudah beberapa kali menampilkan tari Pendet di daratan Eropa. Saat saya sampaikan....entah seperti apa kegeramannya sampai messenger pun tak sanggup menampilkannya (mode lebai : nyala) karena dia baru saja menampilkan tarian ini di sebuah perayaan. Ahhhh....dunia pasti tau dari mana tari Pendet berasal. Lagian kalo tetangga ngaku-ngaku ya biar aja, asal kita juga jangan sampai cuma ngaku-ngaku.
Coba aja, harusnya kalau isunya gini, Putri Indonesia yang katanya lagi mengharumkan nama Indonesia di kancah per Miss Universe-an a.k.a dunia, menampilkan tari Pendet donk, kan dia yang jadi ujung tombak Indonesia hari ini. Pasti ngaruh besar. Jangan cuma pake kostum Srikandi. Atau....jangan-jangan dia ga tau tari Pendet dari mana??
Kali memang seharusnya, kesenian dan kebudayaan kembali menjadi salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. Ga cuma teori juga praktek. Tarian-tarian khas daerah diajarkan dan alat-alat musik tradisional diperkenalkan dan terampil memainkannya. Jangan cuma punya-punya aja tapi ga bisa dan ga kenal. Apa bedanya kita ama Malaysia..kita juga ngaku-ngaku punya, tapi apa bisa memainkan dan menarikannya??
Dari kejauhan memang seringkali kita bisa memandang permasalahan dari sudut yang berbeda. Kesal memang melihat Malaysia berbuat begitu, cuma masalahnya, kita orang Indonesia memang belum sigap dan siap membungkus keindahan alam kita untuk dipamerkan. Kita juga masih lebih suka jalan-jalan ke Malaysia dibandingkan ke P. Karimun, alasannya kadang klise, lebih murah transportasinya, yang pesawat yang satu lagi harus panas-panasan, lah gimana? coba? Harus diakui, Malaysia memang membungkus pariwisatanya dengan baik, meskipun artifisial, mereka bungkus dengan baik, di cap semua MALAYSIA. Kita...? g toh?! Cukup sekali saya bertandang ke negri itu, itu pun karena gratis, (bahkan saya pun tak sanggup menampik tiket gratis terbang kesana......*menghelanapas).
Ya mungkin kita, orang Indonesia, SAYA harus instropeksi diri. 8 windu waktu yang pas untuk memulai banyak hal-hal baik untuk bangsa ini (dan klaim ini,benar-benar hadiah yang MENUSUK untuk sebuah ulang tahun). Mungkin g cuma sekedar bangga dengan keindahan alam nya,tapi juga menjadi bagian dari bangsa itu sendiri, menjadi bagian dari kebudayaannya. Seperti memakai batik, kita mengakui batik milik kita, kita pakai batik. Kita akui tari Piring, tari Pendet, tari Tor-tor, tari Saman, tari Japin milik kita, ada baiknya kita mulai mempelajarinya. Bukannya mencintai sesuatu itu, membuat kita selalu ingin menjadi bagian dari yang kita cintai ya.
Membaca berita ini teringat seorang sahabat, yang juga penari dan mahasiswa yang sedang merantau untuk studi. Dia entah sudah beberapa kali menampilkan tari Pendet di daratan Eropa. Saat saya sampaikan....entah seperti apa kegeramannya sampai messenger pun tak sanggup menampilkannya (mode lebai : nyala) karena dia baru saja menampilkan tarian ini di sebuah perayaan. Ahhhh....dunia pasti tau dari mana tari Pendet berasal. Lagian kalo tetangga ngaku-ngaku ya biar aja, asal kita juga jangan sampai cuma ngaku-ngaku.
3 comments:
wah. aq jengkel juga liat kelakuan yg gak tau malu.
baca artikelku + kasih komen ttg mslh ni.
http://anggims.blogspot.com/2009/08/malaysia-akui-lagi-kebudayaan-indonsia.html
stop kunjungi negara mereka will be a great idea. Lagian sejauh gw kesana nggak ada yg menarik&eksotis, cuman lebih tertata rapih aja akomodasinya. Yang lainnya jauhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh booooooooooooooooooo.. hahaha..
tidak semuanya kok win....
justru hal seperti ini merupakan shock terapy bagi kita dan mulailah bertanya...sejauh mana saya mengenal bangsa saya? sejauh mana saya mengenal negara saya?
feedback yang sangat bagus.
gw pernah 4 minggu kerja sama survey dengan orang malaysia, mereka seperti kita juga kok, manusia juga.
Post a Comment